Pangkalan Bun, KNews – Breeemmm…Breemmm…breeemmm… Pagi itu, Sabtu (26/8/2017), bising suara knalpot resing dari ratusan trail, menggema. Menggetarkan gendang telinga setiap orang yang hadir di Lapangan Pelingkau Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
Saya beserta tiga rekan wartawan (Cecep Herdi kotawaringinnews.co.id, Sigit Dzakwan MNC Media serta Joko Radar Sampit), pun ada di sana. Tak hanya menyaksikan, kami berempat ikut andil membisingkan suasana di lapangan di sisi Jalan Ahmad Yani kilometer 4 itu. Layaknya crosser, kami jadi peserta Bhayangkara Adventure Trail Marunting Batu Aji jilid 2 dengan tajuk ‘Amun Gola Belumpur Pempada Am’. Kegiatan tersebut diselenggarakan Polres Kotawaringin Barat dalam memperingati HUT RI ke-72 sekaligus HUT Polri ke-71.
Sama seperti lima ratusan peserta lain, kami berempat pun siap ngegas motor trail untuk menaklukan ganasnya trek hutan Bumi Marunting Batu Aji ini.
Seiring itu, saya datang ke sana tanpa persiapan. Memakai celana pendek, kaos oblong plus sandalan serta membawa anak istri, seyogyanya tak akan ikut-ikutan dalam acara yang memacu andrenalin itu. Namun, karena termakan bujuk rayu tiga teman seprofesi tersebut, saya pun memutuskan untuk ikut dalam event menguras tenaga itu. Baju dan celana khas crosser pun disiapkan oleh sang teman Cecep Herdi kotawaringinnews.co.id. Tunggangan untuk saya pun ternyata sudah disiapkan oleh Kasat Lantas Polres Kobar, AKP Asdini Pratama Putra. KLX dengan silinder 250 CC, sudah siap ditunggangi. Bahkan tak tanggung, sang Kasat ini membayarkan pula tiket pendaftarannya. Tak sedikit, Rp350 ribu dia keluarkan dari kantong pribadinya.
Karena tak ada persiapan, ada saja yang kurang. Saya nekat memakai sendal dan tak pakai sarung tangan untuk ikut acara tersebut. Bahkan helm, bukan standart crosser.
Dalam event ini, para crosser harus melewati sejumlah rintangan dengan trek yang ganas. Para crosser ditantang melintasi sebanyak 25 handicap dengan jenis tanah rawa, tanah liat, tanah gambut, tanah lumpur dengan panjang lintasan sekira 60 kilometer.
Saya pun telah bersiap. Bersiap digaris start membaur dengan ratusan crosser lainnya. Hahaha. Boa Edannn. Memang amatir, banyak peserta langsung terjatuh pada rintangan pertama. Rintangan layaknya polisi tidur yang jaraknya sangat rapat. Untungnya, saya bisa menaklukan rintangan itu dengan sedikit bantuan dari para panitia.
Seusai itu, ketiga rekan saya melaju kencang meninggalkan saya seorang diri. Hingga saatnya memasuki hutan di daerah Sungai Tatas. Saya bertemu Joko Radar Sampit yang sedang maju mundur cantik di sebuah turunan-tanjakan. Percobaan pertama, Joko terguling hebat. Namun semangatnya tak pudar untuk melakukan percobaan kedua. Eh, terjatuh lagi. Hingga motor yang ditumpanginya marah, tak bisa dihidupkan. Saat itu pula, Joko tersadar akan pepatah, ‘Semangat saja tak akan cukup jika tidak diimbangi dengan skill yang mumpuni.’ Joko pun balik kanan. Menyerah. Mengibarkan bendera putih di awal-awal rintangan. Joko pulang. Dan saya pun pinjam helm miliknya yang berstandar crosser.
Di rintangan itu saya cukup lancar. Hutan, rawa bercampur tanah liat saya lewati dengan mudah. Hingga pada suatu rintangan di Zona 1. Saya melihat ratusan crosser berkumpul di areal terbuka penuh lumpur. Mencari jalan untuk menembus zona tersebut. Crosser yang jatuh dan slip di lumpur menjadi pemandangan di Zona ini. Hingga saatnya saya mencoba menerobos kubangan lumpur. Sejago-jagonya saya dalam berkendara, pasti jatuh juga. Ya,, memang jatuh. Saya tak punya pijakan. Sandal saya masuk ke lumpur diikuti kaki, lalu badan dan timpaan motor. Namun akhirnya saya menyadari, ada semangat kekeluargaan antar-crosser. Saya dibantu sejumlah crosser dari kubangan lumpur. Kaki mulai terasa sakit. Tangan berceceran darah. Kulit samping jempol lecet karena tak pakai sarung tangan. Tapi saya tetap coba menyelesaikan zona 1 meski harus ditarik oleh panitia pada saat tanjakan terakhir Zona 1.
Sesaimpainya di Zona 1, istirahat lah saya di sana. Mengambil nafas. Membersihkan kotoran. Kira-kira setengah jam, saya di istirahat di Zona 1. Lanjut menuju zona 2, langsung dihadapkan dengan jalan aspal sebelum masuk kembali ke hutan. Waduh, di hutan itu, kaki saya mulai keram. Disengat semut-semut hitam yang bringas. Tapi, sebagai crosser sejati, saya tetap melanjutkan perjalanan.
Keluar dari hutan, masuklah kebun karet. Di kebun karet ini lah saya memutuskan untuk balik kanan. Bukan karena takut akan rintangnnya. Namun, antreannya cukup panjang. Apalagi, banyak motor yang terjelembab dalam lumpur. Ingat, mundur karena malas untuk mengantre giliran. Saya pun memutuskan pulang. Mencari jalan aspal. Dan menemukan jalan aspal tembusan SMP 6 Arut Selatan.
Kabarnya, kedua rekan seprofesi saya, selain Joko juga hanya mampu menyelesaikan 2 Zona dari 3 Zona yang disediakan panitia. Jelas, mereka mundur karena sudah tidak kuat menaklukan rintangan.
***
Mengikuti kegiatan ini serasa tak sia-sia. Selain mendapat pengalaman, salah seorang rekan seprofesi bernama Cecep Herdi kotawaringinnews.co.id, memenangkan undian berhadiah. Dasar rezeki, hadiah utama, 1 dari 10 motor yang tersedia, dibawa pulang oleh Cecep. “Selamat Cep. Setelah dijual, dibagi 4 orang,” harap Sigit MNC Media. (Bayu Harisma Nugraha)
