Bayu Harisma
Kotawaringin News, Lamandau – Bupati Lamandau H Hendra Lesmana secara khusus menyoroti kinerja dua perusahaan daerah (Perusda) yang ada di kabupaten berjuluk Bumi Bahaum Bakuba ini. Dua perusda tersebut adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma dan PD Bajurung Raya.
Sorotan tersebut mengemuka dalam ekspose yang diikuti semua perwakilan perusda di Lamandau yang berlangsung di Aula Setda Lamandau, Selasa (16/10/2018).
Selesai mendengarkan paparan dari seluruh perusda, Bupati Lamandau, H Hendra Lesmana mengaku kurang begitu puas terhadap pemaparan yang disampaikan management PDAM dan PD Bajurung Raya. H Hendra Lesmana juga tak segan menyoroti besarnya penyertaan modal dari pemerintah daerah yang diterima dua perusda tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Namun, besarnya penyertaan modal itu tidak berbanding lurus dengan kinerja, income (pemasukan) dan kepuasan pelayanan.
“Dari penyampaian pihak PDAM, diketahui bahwa PDAM hingga kini belum dapat menutupi biaya produksi dari pendapatan sendiri, sehingga untuk kebutuhan operasional saja harus terus bergantung pada penyertaan modal. Artinya, operasional perusda ini ada yang tidak sehat,” sebut H Hendra Lesmana menyorot paparan yang disampaikan Direktur PDAM Saiful Anwar terkait biaya operasional PDAM selama ini yang dikui masih bergantung pada dukungan penyertaan modal Pemkab Lamandau.
H Hendra melanjutkan, dengan pelanggan PDAM saat ini yang diklaim over capacity atau pelanggannya lebih banyak dibanding kapasitas produksi, harusnya PDAM mendapat untung. Sehingga, kata dia, penyertaan modal bukan diperuntukkan untuk hal yang sifatnya operasional, melainkan untuk menambah investasi seperti perluasan jaringan, peningkatan kapasitas produksi dan lain-lain.
“Saya juga minta agar di 2019 nanti sistem pembayaran PDAM ini bisa sepenuhnya dilakukan secara online maupun pos. Saat ini sudah bukan jamannya lagi transaksi tunai. Dengan pembayaran online, pembayaran dari pelanggan baik yang untuk bulan berjalan atau bahkan tunggakan tentu dapat diketahui lebih transparan,” sebutnya.
Sementara itu, H Hendra Lesmana juga semakin tidak habis pikir dengan pengelolaan PD Bajurung Raya selama ini. Menurutnya, Bajurung Raya yang sudah mendapat penyertaan modal tak kurang dari Rp10 Miliar sejak tahun 2009 namun tidak berbanding dengan income yang didapat disebutnya sebagai perusahaan gagal.
“Termasuk dengan bidang usaha yang kerap berganti-ganti ini saya bingung, mulai usaha angkutan, budidaya gaharu, sekarang budidaya pisang kepok serta berkebun kelapa sawit yang nyatanya belum jelas juga. Bajurung Raya ini fokusnya mau kemana? Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan, kalau perlu kita lakukan audit dulu,” tegasnya sembari menggelengkan kepala.