
Ilustrasi HIV dan Aids (foto : online)
Kotawaringin News, Area Borneo – Berdasarkan data grafik perkembangan HIV/AIDS per tahun di Provinsi Kalimantan Tengah dari tahun 2005 – 2019, menunjukkan bahwa orang yang suspect HIV sebanyak 962 orang dan yang telah terjangkit penyakit AIDS sebanyak 539 orang.
Seiring itu, beberapa kelompok masyarakat masih mengira bahwa HIV dan AIDS merupakan istilah yang sama. Walau memang saling berkaitan, keduanya merupakan hal yang berbeda. Apa perbedaan HIV dan AIDS?
Apa perbedaan HIV dan AIDS?
HIV adalah virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sementara itu, AIDS adalah sebuah kondisi akibat infeksi HIV. Orang yang terinfeksi HIV harus mengonsumsi obat ARV (antiretroviral) untuk mencegah kondisi AIDS tersebut.
- HIV adalah virus
HIV merupakan singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Virus ini mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia. Lebih spesifik, HIV menyerang sel T atau CD4 yang merupakan bagian dari sistem imunitas manusia.
Apabila tubuh tertular HIV, sistem imun akan menghasilkan antibodi untuk melawan virus mematikan tersebut. Tes darah di berbagai fasilitas kesehatan akan mendeteksi antibodi ini sehingga menentukan tubuh telah tertular HIV atau tidak.
Penularan HIV dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
Transfusi darah dari orang yang positif HIV
Berbagi jarum suntik bagi pengguna narkoba suntik
Berhubungan seks, terutama tanpa kondom.
Dari ibu yang positif HIV ke anak saat kehamilan, persalinan, dan menyusui. Konsumsi ARV bagi sang ibu akan menurunkan risiko penularan.
- AIDS adalah tahap akhir infeksi HIV
AIDS adalah singkatan dari “Acquired Immunodeficiency Syndrome”. AIDS dapat terjadi apabila infeksi HIV tidak ditangani dengan segera.
AIDS merupakan infeksi HIV pada stadium 3. Umumnya, infeksi HIV memerlukan waktu 10 tahun untuk menjelma menjadi AIDS jika tidak ditangani.
AIDS terjadi apabila HIV menimbulkan kerusakan pada sistem imun. Gejala AIDS pun dapat bervariasi antara penderita yang satu dengan penderita lainnya.
Gejala AIDS tersebut berkaitan dengan beragam infeksi hasil kerusakan sistem imun, atau yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Beberapa jenis infeksi oportunistik tersebut yakni pneumonia dan tuberkulosis.
Karena HIV merusak sel CD4, salah satu cara untuk mendiagnosis AIDS pada orang yang positif HIV adalah dengan menghitung jumlah sel CD4 tersebut. Rentang jumlah CD4 yang normal adalah 500-1200. Apabila hasil tes CD4 seorang ODHIV menunjukkan angka di bawah 200, orang tersebut dianggap menderita AIDS atau infeksi HIV stadium 3.
Faktor lain yang dapat membantu diagnosis AIDS adalah adanya infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya tidak terlalu berpengaruh pada orang yang sistem imunnya sehat.
Kondisi AIDS dapat dicegah pada orang yang positif HIV
Infeksi HIV tidak selalu berkembang menjadi AIDS. Saat ini, konsumsi obat-obatan antiretroviral (ARV) dapat mencegah kondisi AIDS bagi orang yang terinfeksi HIV. Dengan demikian, orang-orang yang positif HIV yang mengonsumsi ARV secara rutin dapat menjalani hidup yang nyaris seperti orang normal serta memiliki harapan hidup yang lebih panjang.
Walau begitu, penting untuk diingat bahwa ARV tidak dapat menyembuhkan infeksi HIV. Orang yang positif HIV harus mengonsumsi obat tersebut seumur hidup.
Pentingnya tes HIV untuk cegah AIDS
Tes HIV menjadi hal yang vital untuk dilakukan untuk mengetahui status diri. Apabila positif HIV, kondisi AIDS dapat dicegah dan memberi harapan hidup yang tetap sehat.
Beberapa orang yang sepatutnya melakukan tes HIV, yaitu:
Aktif berhubungan seks, termasuk pria yang berhubungan seks dengan pria
Mengalami pelecehan seksual
Menggunakan narkoba suntik
Menjalani pengobatan injeksi, seperti injeksi hormon dan steroid
Terdiagnosis penyakit menular seksual dan tuberkulosis
Hamil dan berencana untuk hamil
Orang yang terinfeksi HIV seringkali tidak menyadari bahwa ia telah tertular. Apabila kondisi tersebut tidak ditangani dengan konsumsi ARV, individu tersebut akan berisiko mengalami AIDS yang lebih sulit untuk ditangani. (Sehatq.com/K2)