JAKARTA, Kotawaringin News – Pemerintah, petugas keamanan, termasuk para intel Negara harus bekerja ekstrakeras untuk menciptakan rasa aman, dan tenteram di tengah-tengah masyarakat menjelang tibanya bulan Ramadan 1439 Hijriyah. Seluruh aparat, sampai ke daerah-daerah, seperti di Kalimantan Tengah juga harus bersiaga, mengantisipasi segala kemungkinan terburuk, seperti teror bom.
“Rentetan kasus terorisme, seperti yang terakhir bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur harus menjadi perhatian bersama di daerah-daerah. Masyarakat membutuhkan ketenangan memasuki bulan suci Ramadan 2018,” urai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Tengah, Hamdhani dalam rilis yang dikirimkan dari Jakarta, Senin (14/5/2018) pagi.
Hamdhani prihatin dengan peristiwa terorisme yang menelan korban dalam sepekan terakhir. Anggota Fraksi Partai NasDem DPR ini menyoroti jatuhnya 14 korban tewas, dan 41 orang luka-luka, dalam ledakan bom pada tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018). Kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera, polisi masih terus bekerja untuk menuntaskan kasus itu.
Masih dari Jawa Timur, menurut Frans Barung, sedikitnya ada 5 orang korban akibat ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) malam. Para korban terdiri dari satu keluarga, yang diduga masih ada hubungannya dengan terduga pelaku bom pada tiga gereja di Surabaya.
Sebelumnya, Selasa (8/5/2018), terjadi kerusuhan yang dipicu ketidakpuasan para napi teorisme di Rutan cabang Salemba, Markas Komando Brigade Mobile (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Lima anggota polisi tewas, dan satu napi teroris tewas ditembak karena melawan saat akan ditangkap.
“Tidak ada salahnya kita semua berhati-hati untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan, sebelum jatuh korban. Yang paling penting lagi, aparat keamanan harus menjamin terciptanya rasa aman, dan tenteram di tengah-tengah masyarakat, agar maksimal beribadah di bulan puasa, ” tegas Hamdhani.
Keprihatinan yang sama juga disuarakan Ketua Presidium Indonesian Police Wacth (IPW), Neta S Pane dalam siaran persnya. Keprihatinan mendalam dilayangkan karena peristiwa terorisme (di Surabaya) sasarannya masyarakat yang sedang beribadah. Neta melihat rentetan aksi terorisme beruntun itu, seolah membuat aparatur kepolisian tidak berdaya menghadapinya. Padahal, menurut mantan wartawan ini, dalam kasus teror bom bunuh diri di Surabaya misalnya, kalangan intelijen sudah mencium adanya pergerakan dan pergeseran 57 orang yang dicurigai sebagai teroris. Mereka bergeser dari daerah menuju Jakarta. Mereka dari Pekanbaru, Tegal, Karawang, Indramayu, Cirebon, dan Tasikmalaya.
Sayangnya, meski pergeseran ini berhasil dipantau intelijen tapi Kelompok Suki dari Cirebon, urai Neta, belakangan berhasil menghilang dari radar intelijen. Setelah itu, tidak jelas apakah Kelompok Suki yang melakukan teror di Surabaya atau tidak. Yang pasti kepolisian sudah melakukan pagar betis untuk mengantisipasi aksi kelompok teror ini. Yang terjadi kemudian, para teroris melakukan serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi. IPW berharap Polri segera memburu otak jaringan teroris ini dan menggulungnya dengan tuntas. Neta juga meminta jajaran kepolisian di daerah maupun kalangan intelijen meningkatkan kepekaannya. ***