Kotawaringin News, Kotawaringin Barat – Sembilan bulan setelah pandemi COVID-19 diumumkan, pada sekitar awal Maret 2020, jumlah kasus dari penyakit yang ditularkan oleh virus SARS-CoV-2 di Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, semakin hari semakin meningkat, Senin (7/12/2020).
Jumblah kumulatif telah mencapai 1.355 dan dirawat 589 orang. Angka penambahan kasus yang terus meningkat mulai dari yang dirawat sekitar 589 orang, Sembuh Covid-19 berjumblah 744 orang, dan meninggal 22 orang.
Sembilan bulan setelah virus itu masuk ke Kobar dan mulai mempengaruhi kesehatan masyarakat hingga menyebabkan perekonomian terpuruk. Pemerintah daerah tampaknya belum dapat mengendalikan laju penyebaran dengan baik, sementara masyarakat juga malah tampak enggan untuk belajar dari pengalaman.
Meski angka kesembuhan kumulatif juga terus meningkat hingga total 744 orang, namun angka kematian yang rata-rata sudah masuk hitungan per hari juga perlu menjadi catatan merah yang membutuhkan intervensi penanganan lebih serius dari banyak pihak guna mengendalikan dan bahkan menghentikannya.
Alih-alih bersatu padu dan bahu membahu mendukung upaya penanganan yang dilakukan pemerintah, sebagian masyarakat ini tampaknya tetap enggan mengikuti arahan. Sedangkan sebagian lainnya bahkan mulai lelah dengan semua dampak yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kobar yang juga Jubir Penanganan covid 19, Achmad Rois beberapa hari yang lalu mengatakan bahwa dari banyak kejadian, semua penyebaran kasus berawal dari adanya aktivitas sosial, terutama aktivitas sosial yang mengumpulkan banyak orang dalam satu waktu dan dalam satu ruangan.
Tanpa disadari orang-orang yang berinteraksi dalam satu perkumpulan itu mungkin telah tertular COVID-19. Tetapi kemudian mereka kembali ke rumah dan berkumpul dengan anggota keluarga di rumah, sehingga anggota keluarga tersebut secara tidak sadar telah menjadi generasi pertama penularan COVID-19, kata Achmad Rois.
Di dalam perkumpulan banyak massa itu, orang-orang melakukan interaksi yang secara tidak disadari dapat menyebabkan virus SARS-CoV-2 menular dari satu orang kepada orang lainnya, seperti berjabat tangan, berpelukan hingga berbincang-bincang dalam jarak dekat tanpa memakai masker.
Kluster Penyebaran COVID-19 dari perkumpulan massa dalam sebuah aktivitas sosial tidak hanya sebuah dugaan. Tetapi Satgas Penanganan COVID-19 membuktikannya dengan sejumlah temuan kasus yang diperoleh dari penelusuran terhadap beberapa kegiatan keagamaan yang dilakukan pada beberapa bulan pertama virus corona diduga masuk ke Indonesia, ucapnya.
Masing-masing orang memiliki respons yang berbeda terhadap COVID-19. Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit.
Gejala yang paling umum:
demam, batuk kering, kelelahan.
Gejala yang sedikit tidak umum:
rasa tidak nyaman dan nyeri, nyeri tenggorokan, diare, konjungtivitis (mata merah), sakit kepala, hilangnya indera perasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki, Imbuhnya.
Sementara itu salah satu pasien Covid 19, KK (25 tahun) Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Arut Selatan, yang dinyatakan sembuh, menuturkan, saat dinyatakan positif covid 19, KK merasa tidak ada gejala apapun, saat itu ia isolasi mandiri dirumahnya, dan mewajibkan hidup sehat, mulai dari jam istirahat, pola makan sehat, berolahraga, dan minuman bervitamin.
“Dengan disiplin diri dengan pola hidup sehat, akhirnya KK pun dinyatakan sembuh, iapun berpesan agar masyarakat juga mematuhi anjuran pemerintah dengan menerapkan protokol kesehatan, kuncinya cuma kita sendiri untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19 ini”, ucapnya. (yusbob).