Allahuakbar…
Allahuakbar…
Allahuakbar…
Lailaha Illalohu Allahu Akbar
Allahuakbar…
Wa Lillah Ilham..
Pagi itu, Jumat (1/9/2017), lantunan takbir dari setiap bibir kaum muslimin wal muslimat yang duduk rapi berjejer di Lapangan Termili Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengumandang.
Tak kurang seribuan jamaah hadir di lapangan itu untuk mengikuti ibadah Sholat Sunnat Idul Adha.

Tapi, di pagi itu ada pemandangan tidak elok dipandang mata di sudut lapangan Termili. Tumpukan sampah berbau menyengat belum diangkut petugas kebersihan. Penciuman para jamaah pun terusik. Tangan-tangan jamaah yang harusnya menengadahkan doa kepada Sang Pencipta harus bergantian dengan paksaan menutup hidung mereka.
Bahkan diantara jemaah mengaku ingin muntah karena tidak sanggup menahan derita bau sampah yang membusuk. Khusuk kah mereka beribadah? Apapun itu, mudah-mudahan tetap dicatat malaikat Rokib sebagai amal baik.

Ironisnya, tak lama lalu, tepatnya 2 Agustus 2017, Pangkalan Bun Kotawaringin Barat mengangkat trofi Adipura Buana. Pangkalan Bun didapuk sebagai kota kecil yang memiliki dedikasi tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Indahnya, itu adalah trofi ke-11 dalam 11 tahun terakhir. Artinya, Pangkalan Bun meraih Piala Adipura 11 kali secara berturut-turut. Hebat kan????? Tak ada negeri lain di eks kewedanan Kutaringin, ataupun Kalimantan Tengah, atau Kalimantan, bahkan Negeri Indonesia sekalipun yang hebat seperti Pangkalan Bun.
Piala tetaplah piala. Dan sampah tetap lah sampah. Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang dijalankan Pemerintah Kobar hingga mendapatkan Anugrah Adipura? Nyatanya, sampah masih menghiasi Kota Pangkalan Bun. Bahkan, hingga menumpuk. Ada pula yang meluber ke jalan. Kemana petugas kebersihan?
Sebetulnya, banyak warga yang sudah sadar akan kebersihan, namun harus kepayahan kala membuang sampah. Pemerintah tak menyiapkan tempat pembuangan sampah. Di Madurejo misalnya. Tak ada TPS. Mana bak sampah? Yang banyak bukan bak sampah, tapi baliho bertuliskan larangan membuang sampah sembarangan.

Anehnya, warga malah dianjurkan untuk ikutan angkutan sampah berbayar. Ya, sampah rumah tangga diangkut melewati jasa angkut sampah. Namanya swasta, ya bayar. Dimana peran pemerintah? Dimana peran petugas kebersihan yang dibiayai anggaran pemerintah?
Memang, masyarakat harus dilarang keras membuang sampah sembarangan. Tapi tempat sampah juga harus tersedia banyak. Jika banyak, bagaimana orang jadi punya alasan untuk buang sampah sembarangan? Bagaimana warga mau buang sampah sembarangan, kalau untuk buang sampah pada tempatnya saja begitu mudah?
Manajemen pengelolaan sampah secara struktural harus baik. Pun membutuhkan kepemimpinan yang kuat dalam menata kebersihan.
Jadi dipikir-pikir, belum tentu alurnya adalah ; ‘Masyarakat cinta kebersihan akan membangun lingkungan yang bersih’. Sebab sangat mungkin yang berlaku secara riil adalah ; ‘Lingkungan yang ditata bersih (Penataan dalam konteks langkah struktural) akan membentuk karakter masyarakat yang cinta kebersihan.’
Jadi, nunggu masyarakat sadar untuk mencintai kebersihan, atau masyarakat secara sistem dibentuk untuk terbiasa mencintai kebersihan?
Ingat ungkapan populer Jawa? “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”, yang kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia yakni ; “Cinta tumbuh karena terbiasa”. Memang kalau dipahami maksudnya, akan bisa dimengerti bahwa cinta itu akan bisa tumbuh karena terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa bersama-sama. Kalaupun mungkin pada awalnya cinta itu belum tumbuh, tetapi karena sering bertemu dan sering bersama-sama akhirnya cinta itupun mulai tumbuh.
Sama seperti cinta bersih. Masyarakat harus dibiasakan hidup bersih karena karena dipertemukan sistem kebersihan secara terus-menerus. Sehingga tumbuh karakter masyarakat yang cinta bersih.
Satu lagi, ini pepatah dari seorang Mantan Walikota Tasikmalaya, Syarif Hidayat tentang kesehatan. Kira-kita begini ; “Sehat itu bukan yang utama, tapi jika tak sehat, nikmat yang lain gak akan terasa. Sementara, syariat sehat adalah hidup bersih. Maka jagalah kebersihan untuk mencapai hidup yang sehat.”
Bayu Harisma Nugraha
Alumnus Fakultas Filsafat Jurusan Ilmu Filsafat Konsentrasi Komunikasi Politik Universitas Gadjah Mada
Fans berat Persib Bandung dan Liverpool
Tinggal di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah
Bisa Menulis Sejak TK Nol Besar Aisyah Tasikmalaya Jawa Barat
Pemimpin Redaksi Kotawaringin News
Komentar