Tim
Kotawaringin News, Pangkalan Bun – Statsiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan di Desa Kubu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah, diduga berlaku curang. Pendistribusian minyak bersubsidi untuk ratusan nelayan di desa tersebut disinyalir diselewengkan.
Menurut salah seorang nelayan Kubu, Saprudin, SPBUN Kubu berlaku curang sejak dulu. Pengelolaan BBM bersubsidi itu diserahkan kepada H Napsul sejak 2007 silam. Namun, selama itu pula, nelayan kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi. Padahal, jatah BBM bersubsidi dari pertamina untuk SPBUN tersebut seharusnya cukup untuk mencukupi kebutuhan para nelayan supaya bisa melaut. “Ini puncaknya. Sebenarnya, sekitar 2013 lalu juga parah. Namun kami gak tau ke mana tempat mengadu. Kami hanya bisa pasrah, pemerintah juga hanya omongan saja dari dulu mau menyelesaikan, nyatanya enggak juga sampai sekarang.”
Senada, Tokoh Masyarakat Desa Kubu, Aliansyah mengatakan, SPBUN Kubu tersebut mendapat jatah sekira 70 ribu kiloliter BBM bersubsidi untuk para nelayan dalam setiap bulannya. Puluhan ribu kiloliter BBM bersubsidi tersebut dibagi dalam 14 pengiriman per bulan oleh Pertamina. “Kami sudah melakukan simulasi pembagian. Sebenarnya cukup saja, bahkan bisa lebih itu 70 ribu kiloliter minyak jika memang diperuntukan untuk nelayan yang jumlahnya sekitar 240 kapal.”
Mantan karyawan SPBUN Kubu, Fajar menyatakan, tidak semua BBM bersubsidi di SPBUN milik H Napsul tersebut dijual ke nelayan. Jatah BBM untuk nelayan itu sebagian diperjualbelikan kepada perorangan (non-nelayan). “Itu dulu waktu saya masih di sana, salah satunya orang yang sering membeli minyaknya (BBM bersubsidi untuk nelayan) itu orang Kapitan (Kecamatan Kumai).”
Baca juga : Minyak tak Dapat, Ratusan Nelayan Kubu Libur Melaut https://www.kotawaringinnews.co.id/minyak-tak-dapat-ratusan-nelayan-kubu-libur-melaut/
Sementara itu, sebelumnya pemilik SPBUN Kubu, H Napsul berkilah, kuota BBM bersubsidi dari pertamina untuk nelayan sangat minim. Dia mengakui, saat ini hanya sekitar 70 ribu kiloliter BBM bersubsidi yang dipasok pertamina untuk para nelayan. Padahal, kata dia, kebutuhan BBM bersubsidi bagi nelayan tersebut mencapai 160 ribu kiloliter. “Kalau untuk mencukupi semuanya ya itu kurang, harusnya 160 ribu (kiloliter),” ujar dia saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Dia mengklaim, seluruh minyak bersubsidi selalu disalurkan untuk masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Setiap nelayan yang mengambil jatah BBM bersubsidi dilakukan di dermaga labuh SPBUN. Artinya, nelayan yang mengambil jatah BBM tersebut harus membawa langsung dengan menggunakan perahunya. “Iya, lewat laut. Nanti lah kalau jumlah nelayannya yang dapat, saya lagi di luar (di Yogyakarta),” ungkap dia yang saat dihubungi via telepon tengah mengikuti rapat Hiswana Migas di Yogyakarta.