Dari membaca judulnya saja, kalian pasti sudah tahu jika tulisan ini membahas tentang liquefied petroleum gas (LPG) bersubsidi 3 kilogram.
Namun, ditengah ingar bingar seabreg program yang bertemakan kesejahteraan masyarakat, ngeh kah kalian bahwa ibu-ibu se-antero Nusantara ini tengah kesusahan. The Power of Emak-Emak hanya berlaku di jalanan, tidak di dapur. Para emak dibuat pusing mencari si melon hijau.
Memang. Berlabel bersubsidi, membuat LPG 3 kilogram jadi buronan emak-emak. Bahkan, kalian tahu sendiri. Kuat dugaan, si melon hijau dipermainkan. Spekulan memborong, hingga LPG bersubsidi 3 kilogram, menghilang. Hukum ekonomi pun berjalan melenggang –Jika permintaan meningkat, berbanding lurus dengan kenaikan harga–. Susah dicari, sekali ketemu jual mahal, begitulah kira-kira.
Dari Pertamina, harga LPG hanya dibandrol Rp12.500 per tabung. Nyatanya, harga dipasaran melambung hingga 2 kali lipat, 3 kali lipat, bahkan 4 kali lipat. Ah mungkin 5 kali lipat pun ada. Boa edan!!!.
Di area eks Kewedanan Kutaringin (Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Lamandau, Seruyan, Sukamara), misalnya. Rata-rata meningkat paling minimal 3 kali lipat dari harga Pertamina. Kisarannya di angka Rp35 ribu sampai Rp50 ribu per tabung.
Coba bayangkan. Bagaimana Power of Emak-Emak runtuh tak berdaya melawan dahsyatnya harga LPG 3 kilogram.
Jika disusuri alurnya. Praktik permainan harga ini bisa tertebak. Pertamina, menyalurkan si melon hijau ini kepada Agen/Distributor. Layaknya, jika mengacu pada Harga Eceran Tertinggi (HET), Agen/Distributor hanya diperbolehkan mengambil keuntungan tidak lebih dari Rp2.500 per tabung. Sebelum ke tangan pembeli, Agen LPG 3 kilogram itu menyalurkan ke Pangkalan. Aturannya, setiap pangkalan, harus menyalurkan LPG bersubsidi itu kepada yang berhak –biasanya sesuai kupon hasil seleksi dari RT untuk masyarakat kurang mampu–. Untuk wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, setiap pangkalan tak boleh membandrol harga LPG 3 kilogram itu diatas Rp18 ribu.
Ya memang, banyak klaim agen telah menjalankan aturan tersebut. Banyak juga klaim pangkalan telah menjalankan tugasnya sebagai tangan terakhir tersalurkannya LPG bersubsidi tersebut kepada masyarakat.
Klaim hanyalah klaim. Nyatanya, banyak masyarakat mengeluh. Harga di pasaran tak seindah aturan HET Rp18 ribu. Ternyata, banyak juga masyarakat tak mendapat jatah LPG 3 kilogram dari pangkalan. Loh kok? Sebagai penyalur terakhir, sebagian pangkalan tidak bisa menjalankan amanat. Diduga kuat, pangkalan menyalurkan LPG ke pengecer. Nah di tingkat ini, harga tak terkendali.
Lantas siapa yang paling bertanggung jawab?
Kita contohkan kasus di Kabupaten Kotawaringin Barat. Penelusuran ke pangkalan ; Ada biaya tambahan yang dibebankan Agen/Diatributor ke Pangakalan (Biaya angkut, bongkar dan muat). Penelusuran ke Agen/Diatributor ; PT. Dina Perdana Satria, misalnya. Selaku salah satu dari tiga Agen/Distributor di Kotawaringin Barat, PT Dina Perdana Satria, mengaku tak pernah meminta biaya tambahan kepada pangkalan. “Kalau PT Dina sendiri tidak pernah mas, gak tau kalau Agen yang lain,” ucap Ahmad Herry perwakilan dari PT. Dina Perdana Satria sesaat seusai gelaran rapat koordinasi tim terpadu distribusi LPG bersubsidi di Kantor Bupati Kobar, beberapa waktu lalu.
Penelusuran ke pembeli ; Aneh memang, mereka kebanyakan mengaku mendapatkan LPG 3 kilogram di tingkat pengecer dengan harga diatas Rp35 ribu.
Ah sudah lah. Kita sama-sama tahu. Ada peran spekulan diantara melambungnya harga LPG 3 kilogram ini. Atau mungkin ada kongkalikong antara Agen, Pangkalan dengan para spekulan dalam meningkatnya harga LPG bersubsidi ini?
Jawabannya simpelnya, pasti ada. Hanya saja belum terungkap. Jika tidak ada permainan, mana mungkin harga LPG 3 kilogram di pasaran melambung tinggi.
Di sini, peran pemerintah dan penegak hukum sangat kuat untuk menyelesaikan sengkarut pendistribusian LPG 3 kilogram itu. Benang kusut LPG 3 kilogram harus mereka urai. Jika tidak, dipastikan cita-cita luhur untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sulit terwujud.
Bayu Harisma Nugraha
Alumnus Fakultas Filsafat Jurusan Ilmu Filsafat Konsentrasi Komunikasi Politik Universitas Gadjah Mada
Fans berat Persib Bandung dan Liverpool FC
Tinggal di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah
Bisa Menulis Sejak TK Nol Besar Aisyah Tasikmalaya Jawa Barat
Pemimpin Redaksi Kotawaringin News