oleh

Coach Yusro, Tercampakan karena Idealisme

Pangkalan Bun, KNews – Sopan, murah senyum, supel dan enerjik, mungkin itu yang tergambar dibenak setiap orang yang baru pertama kali bertemu dengan pria asal Jember Provinsi Jawa timur ini. Hebatnya, laki-laki bertubuh cukup tinggi ini pernah mengharumkan nama Kabupaten Kotawaringin Barat. Ialah Yusro Arodi. Sang pelatih yang sengaja didatangkan PSSI Kobar untuk menangani tim sepakbola U-21 Kotawaringin Barat.

Yusro menginjakan kaki di kabupaten berjuluk Marunting Batu Aji ini, akhir Tahun 2012. Ia bertahap membentuk The Dream Tim Sepakbola Kobar. Ke pelosok daerah, Yusro pun blusukan. Ya tentu, tujuannya untuk mencari bibit-bakat pemain sepakbola lokal untuk mengisi skuad U-21.

Dalam setahun, Yusro terus berkutat dengan pencarian bakat. Akhir 2013, Yusro pun akhirnya mampu membentuk The Dream Team Football Kotawaringin Barat. Ya, ide-ide kepelatihan Yusro diserap sempurna oleh anak didiknya. Skema menyerang-bertahan menyeimbangkan gaya permainan U-21 milik Yusro. Puncaknya, Yusro membawa U-21 Kobar menjuarai Pekan Olahraga Provinsi Kalimantan Tengah 2014.

Baca juga

Nasib tak selalu mujur. Dulu disanjung sekarang tersandung. Akhir 2015, Yusro berhenti jadi pelatih sepakbola U-21 Kobar. Tak adanya perhatian dari Pemkab Kobar, membuat Yusro memutuskan hengkang dari pucuk pimpinan U-21. Ide dasar soal regulasi kompetisi berkelanjutan tak digubris pemerintah. Padahal, kompetisi adalah cara ampuh dalam menjaring bakat lokal sepakbola Kobar. Ah, memang. Yusro berhenti karena mempertahankan idealisme.

Meninggalkan hirik pikuk sepakbola yang ternyata penuh pergulatan. Tak sejalan dengan ide dasar, yang kini berstatus sang pelatih U-21 Kobar. Memang, berimbas. Semenjak tak menjadi pelatih, hidup Yusro bersama keluarga kecilnya terkatung-katung. Bapak dari empat orang anak itu, harus bekerja serabutan demi dapur selalu ngepul.

“Ini saya sadar diri ternyata saya harus tinggalkan sepakbola untuk beberapa waktu, yang tidak diketahui walau hati ini menjerit. Demi anak istri, demi keluarga, saya rela jadi buruh apa saja asal halal sehingga anak istri bisa makan. Sambil mencari kerja yang berpenghasilan tetap. Tentu bagi sepakbola Kobar, saya mendoakan yang terbaik dan bisa lebih maju.” (*/BH/KNews-1)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed